Setelah beberapa waktu, ketemu juga hari yang tepat untuk membawa papa berobat ke pulau penang, pulau yang sudah sangat terkenal akan wisata medisnya di sebelah barat laut kalau ditengok dari daerah khusus Jakarta, ya benar Jakarta sudah bukan ibukota Indonesia lagi.
Hari itu kami melakukan perjalanan hanya berdua saja, satu perjalanan ayah dan anak yang rasanya baru terjadi sekali ini. Biasanya selalu ada pihak ketiga, orang keempat, atau bahkan bersama rombongan kecil dan besar.
Dari hasil gugling, saya menyimpulkan bahwasannya pulau ini saya lihat tidak terlampau besar, dan pusat kotanya juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki, joging, atau lari santai. Jarak satu rumah sakit dengan lainnya hanya dibawah radius 6 kilometer sahaja.
Setiba di airport, kami langsung dijemput oleh pihak RS dan dihantar ke homestay yang berdekatan dengan RS Island, salah satu hospital yang menjadi tujuan berobat orang indonesia. Jarak kedua tempat ini hanya sepelemparan batu sahaja mungkin mirip jaraknya yang pernah digunakan Daud saat membuat jatuh raksasa filistin, Goliat.
Saat di Indonesia, Saya sudah membuat janji temu dengan 3 dokter di 3 Rumah sakit berbeda tentunya di 3 hari berbeda pula. Niatnya untuk studi banding baik secara kenyamanan interaksi dengan dokter maupun kenyamanan kocek saat nanti menyelesaikan transaksi baru akan diputuskan akan diambil tindakan dengan dokter urologi yang mana. Yes, keluhan papa adalah keluhan yang secara umum dialami para pria lanjut usia, keluhan yang berhubungan dengan prostat.
Hari pertama berjumpa dengan dr. Liong yang banyak sekali disebut sebagai dewanya para dokter dibidang ini, ya secara usia tentu benar uda kepala 7, secara pengalaman ga perlu ditanyakkan lagi. Sejak 2019 beliau membuka hospitalnya sendiri. Datang pukul 8 pagi saja sudah dapat nomor yang lumayan tinggi, 27.
Tipsnya buat temen2 pengambil nomor wajib datang sedari subuh,, ini berlaku untuk berbagai dokter terkenal di pulau pineng (cara baca pulau penang).
Pengalaman menunggu dokter kali ini mungkin merupakan pengalaman terpanjang karena baru bisa konsultasi ke ruangannya ketika matahari pagi sudah berganti dengan sinar bulan yang masuk dari jendela hospital, 11 jam lama menunggu. Tentu masih lebih sebentar jika dibanding ketika Tuhan Yesus menjalani jam jam penuh sengsara-Nya menuju bukit tengkorak, golgota.
Namun itu semua terbayarkan dengan penjelasan yang sangat menyakinkan, memuaskan yang bisa membuat papa langsung memutuskan "uda, kita ga perlu lagi ke 2 dokter lainnya, toh dr liong menyampaikan besok masih ada space untuk dilakukan tindakan". Oiya keluhan papa ada 2 yaitu batu di kandung kemih nya dan pembengkakan sedimen di area kelamin yang saling terkait dan terikat persis seperti persahabatan Yonatan dengan Daud yang sangat erat, Daud bahkan pernah bersumpah untuk memenuhi janji memelihara semua keturunan Yonathan, salah satunya yang bisa kita temukan kisah tentang Mefiboset yang tentunya merupakan cucu daripada Raja Saul.
Ya sudah, karena papa sudah ok, kami langsung masuk kamar RS malam itu juga.
Paginya sesuai jadwal jam 8 pagi papa masuk ruang operasi untuk dilakukan proses bius.
Total pengerjaannya hanya 1 jam sahaja namun total didalam memakan waktu sekira 5 jam. Lebih lama dari menanti anak pertama dan anak kedua saya yang lahir belasan tahun lalu.
Siang sampai sore itu kondisi papa ada demam sedikit yang diikuti dengan tensi yang tinggi, kemungkinan efek dari pasca tindakan yang telah diambil. Suster pun sigap dan memberikan solusi menurunkannya, perlahan namun pasti ketika malam datang semua mulai kembali normal.
Pagi ini perjalanan bersama papa masih berlanjut di hospital, normalnya besok bisa keluar dari hospital. Memang tidaklah mudah bagi seorang pria mengurus orang tua, mungkin beda dengan ketelatenan para wanita atau anak perempuan. Namun disinilah seni itu bekerja.
Ribet namun tetap dijabanin
Tidak biasa haruslah dibiasakan
Tingkat kesabaran harus ditingkatkan
Jadi ingat Firman Tuhan "Hormatilah ayahmu dan ibumu". Satu Ayat yang tidak hanya sekali dimunculkan di Bible, juga bukan 2 atau 3 kali nongol begitu sahaja namun hingga 8 kali dari Perjanjian Lama sampai surat yang ditulis oleh Rasul Paulus. Firman ini yang terus dipegang selama hari-hari yang tentu tidak mudah, baik buat saya, buat Rachael, ya tentu saya juga harus angkat topi setinggi-tingginya juga buat dirinya, sosok istri yang tetap tangguh bahkan disaat sesulit apapun. Seorang wanita setia dan tangguh yang sudah mengisi hari hari saya selama hampir seperempat abad ini. Ciee
Cuaca disini mendung dan juga hujan tipis tipis, saya ijin sejenak ke papa mencari makan siang di waktu menjelang malam sekalian melihat situasi lingkungan dan kehidupan orang Malaysia. Kesan yang saya temukan disini ada 3 etnis besar yakni etnis China, Melayu dan India. Bahasa yang mereka kuasai juga bukan hanya satu atau dua language, ada yang bahkan lebih dari 5 bahasa, semisal melayu, mandarin, english, kanton, hakka, india, jadi mengingatkan peristiwa di menara Babel saat banyak orang mulai terserak ke berbagai tempat karena Tuhan membuat mereka tidak mengerti satu sama lainnya. Saat itu, manusia mau membangun tower yang menjulang, hingga ke tahta Tuhan, Tuhan tak suka, maka sebab itu, manusia dihukum Tuhan.
Hilang, pagi ini sudah siap semua untuk ke hospital, ternyata sandal yang saya taruh didepan Home stay hilang. Perasaan ini apa mirip yah sama perasaan bapak yang mengetahui anak bungsunya hilang pergi ke negeri orang. Tentu jauh berbeda yah, anak bungsu itu mengambil hak nya dan pergi ke tempat jauh. Kembali ke sandal, tidak soal lah, kita bisa pakai sepatu dan ganti strategi, ya hari ini kita jalan kaki saja ke hospital. Total hampir 4 kilo. Ditengah jalan mampir sarapan nasi ayam dan seruput es milo, benar kata netizen, es milo disini lebih terasa milo nya. Perjalanan 45 menit tiba, lumayan hitung-hitung sudah beberapa hari tidak kuras kalori banyak.
Menanti kedatangan visit daripada dokter serasa menanti mujizat untuk memiliki anak dari seorang tokoh bernama Abraham. Bayangkan dia sudah menikah bertahun tahun bahkan umur pun sudah diatas 90 tahun masi belum juga mendapatkan anak yang dijanjikan. Janji Tuhan selalu ditepati walau terkadang waktunya yang kita tidak pernah tahu, dokter pun muncul di tengah hari, cek cek cek,,
"ya belum bisa pulang uncle, ada sisa demam bekas operasi, kita tengok lagi satu dua hari ke depan yah." Nasib, nasib.
"Pulang, ya uncle sudah boleh pulang hari ini." Dokter yang datang pagi ini sudah melakukan cross cek ulang. Satu kata yang kita tunggu tunggu. Urus bill disini cepat, tidak sampai 30 menit sudah selesai semua, next destination kontrol mata. Bicara tentang mata, jadi ingat tentang kisah bagaimana Yesus melakukan salah satu mujizatnya mencelikkan mata orang buta, cerita bagaimana dia membungkuk sebegitu rendahnya ke tanah untuk mengaduk ludah yang Ia keluarkan dan dioleskan, seketika itu bim salabim, orang tersebut bisa melihat berbagai hal, melihat kerumuman orang sekitar utamanya melihat Tuhan sang penyembuh.
Pagi ini belum juga ayam berkokok, belum juga alarm bunyi,, saya bangun. Ya masih subuh sekali untuk segera berkemas pergi mengambil nomor antrian di Island Hospital.
Dokter disini tetap bekerja maksimal meski di hari wiken, setelah beres daftar dan ambil nomor, saya kembali ke penginapan sambil menunggu waktu buat pergi bersama. Antrian pagi ini juga tidak kalah dasyatnya, namun cara kerja dokter mata yang kami gunakan seperti lagi kejar setoran angkot. Bayangkan saja dalam satu waktu yang hampir berdekatan, beliau bisa melakukan konsultasi secara kilat, mengerjakan operasi katarak, menyuntikkan injeksi ke retina mata dan ke sana kemari. Sungguh efesien dari sudut pandang making money nya, namun tidak dari sudut pandang pasien menurut opini saya. Sama seperti 3 tahun silam, kondisi retina sebelah kiri papa karena faktor usia semakin melemah, jadi harus disuntikkan something yang harganya sinting, ups. Pengerjaannya hanya memakan waktu kurang dari 60 detik. Praktis hari ini dan minggu tidak ada visit dokter lagi, kami hanya berpindah tempat penginapan, kali ini persis ke samping RS Glen Eagles.
Senin kedua di bulan disember ini, sesuai rencana pagi pagi buta sudah ikut antrian mendaftar, nasib nasib, ternyata disini beda ama 2 hospital sebelumnya, disini pasien yang akan diperiksa harus ikut hadir. Jadi serasa sia sia, tapi apa boleh buat, jemput papa dulu dan antri ulang. Untuk menghibur diri, nasi mamak ali sepertinya cocok buat mengisi perut siang ini. Rata rata harga kuliner disini mau masakan chinnese, melayu, india semua mirip mirip diantara 8 rmb sampai 12 rmb, kalau dirupiahkan sekitar 28.000 sampai 43.000 rupiah sahaja.
Sore ini sudah cantik plannya, mau ajak papa naek beca di daerah jety. Satu kawasan wisata yang berdekatan dengan laut dan juga banyak objek street art nya. Namun apa yang direncanakan manusia terkadang tidak berjalan well. Persis sampai lokasi, persis air dari langit memunca turun k bumi dan terdamparlah kami di salah satu pujasera yang ada. Bahtera Nuh juga mengalami hal yang sama, terdampar setelah berhari hari tak nampak daratan.
Ya sudah, tidak naik becak tak apa, yang penting sudah sempat kesini, beli sikit souvenir .
Home, lagu michael buble terputar, ya akhirnya setelah 10 days papa sudah OK untuk pulang ke Indonesia, akan stay dulu di Jakarta untuk sementara. Wish papa tetap sehat, tetap bisa menerima kondisi yang tak muda lagi. Bersuka cita senantiasa untuk setiap hal kecil yang masih bisa dinikmati. Sekian